Daun maple ibarat sebuah kelompok yang memiliki persamaan dan perbedaan katarestik daripada tiap individu itu sendiri.
Mengapa aku mengatakan hal itu? Semenjak aku berada di sini, mungkin aku tidak sendiri tetapi sejatinya aku merasa sendiri. Aku merasa sendiri seperti satu daun maple yang jatuh pertama untuk mencari tempat lain Untuk berpijak.
Daun maple pun adalah salah satu yang terbaik dalam hidupku. Mengingatkan ku bagaimana dulu aku hidup di giessen-jerman. Mungkin saat itu aku masih kecil tapi aku tahu bagaimana hidup itu berputar seperti sekarang. Saat kau merasa sendirian di saat kau bersama orang lain atau bahkan di tempat yang sangat bising sekalipun. Saat itu aku hanya memandang keluar jendela kelas dan berpikir , " apa yang akan terjadi satu tahun kedepan? Apa aku masih di sini. Lalu sepuluh tahun lagi aku akan dimana? . Apa aku akan terus berada di sini hingga aku dewasa. Tapi seperti apa sebenarnya indonesia itu? Apa banyak anak seperti diriku? Lalu apa yang akan mereka katakan ketika melihat diriku? Apa seperti mereka? Merasa bahwa aku ini aneh dan mirip alien?
Saat itu aku masih kecil , sangat kecil untuk berpikir hal yang mendalam. Banyak hal yang di pikirkan remaja berumur 18-20 tahun tentang bagaimana kehidupan selanjutnya dan bla bla bla. Sesungguhnya sejak aku di sana , semua hal itu sudah kupikirkan Dengan dalam-dalam.
Waktu ke waktu aku terus mengagumi bagaimana daun maple itu terbentuk, aku tidak begitu ingat dimana aku melihat daun itu. Karena dulu ayah-ibu sering mengajak jalan-jalan ke suatu tempat. Saat itu aku terpukau dengan keindahan negara bermusim empat. terutama negara yang memiliki pohon maple.
Kembali bagaimana aku mengatakan daun maple itu ibarat sebuah kelompok . Karena daun maple itu semuanya sama saat di lihat dari jauh, satu daun saja sudah sangat indah apalagi melihat satu pohonnya dengan beratus-ratus daun. Saat kita melihat dekat daun maple itu, kita akan Melihat bagaimana daun maple itu memiliki struktur tulang daun yang berbeda satu sama lain, mungkin dari jauh terlihat berwarna senada tetapi saat di lihat lebih dekat ternyata mereka memiliki perbedaan warna mungkin sekitar 10-15 persen tingkatan levelnya. Seperti itulah bagaimana aku melihat sebuah kelompok. Selain itu tidak semua daun maple itu memunculkan warnanya serentak dan merontokkan daunnya di saat yang sama pula. Ibaratkan memunculkan warna itu seperti bagiamana kita mulai berkembang memiliki keahlian,kemampuan,dan kepribadian. Saat itu tidak semua dari kita berkembang dan memunculkan keahlian bersamaa tetapi berjalannya waktu kami semua mencoba untuk menunggu salah satu dari kami agar mendekati irama senada. Daun maple pun seperti itu, bukan berarti puncak atas mereka yang bersemi pertama akan merontokkan dirinya yang pertama juga. Semua mempunyai waktu yang sama saat menunggu kapan mereka merontokkan daunnya dan menempatkan diri mereka masing-masng di tempat yang tepat. Karena mungkin satu daun itu dapat menghibur seseorang atau di jadikan tempat inspirasi atau mungkin juga di jadikan objek penelitian atau mungkin juga menjadi pusat bisnis seseorang. Ya , daun maple itu selalu aku ibaratkan dengan keluarga dan teman-teman dekatku. Kami pada awalnya tidak bersama dan berbeda, terkadang salah satu dari kami memiliki kekurangan Dan keahlian yang berbeda di suatu bidang. Di balik itu semua satu sama lain menunggu dengan sabarnya agar kita semua dapat seirama. Aku pun merasakan hal itu dan selalu aku pikirkan dengan dalam bagaimana kehidupan berputar dan takdir mempertemukan kita semua dalam satu lingkaran kecil yang semakin lama makin memperbesarkan diameternya. Begitu lama aku berpikir hingga tahap ini tapi tidak hingga bagaimana salah satu dari kita akan meninggalkan lingkaran itu untuk menuju jalan yang telah menjemputnya. Terkadang aku takut kehilangan salah satu dari mereka yang selalu membantu dan menemani diriku yang egois ini. Berusaha tetap sabar dan setiap ada konflik kecil, kita berusaha melupakan dan berpikir semoga ada jalan agar lingkaran itu kembali menjadi sebuah lingkaran sempurna. Aku berpikir , ahhh mungkin dia akan yang meninggalkan lingakaran kecil ini atau ahh mungkin ini saatnya kita berpisah sementara di kampus yang berbeda dan berusaha membentuk lingkaran kecil lainnya. Ternyata itu tidak salah dan waktu di antara kita mengatakan kini adalah saatnya tiap daun maple itu mencari jalan nya sendiri dan mencari kebahagian lainnya dengan bantuan alam lain yang senantiasa mengawasi bagaimana kelompok kecil ini tumbuh dan berkembang menuju dunia yang sesungguhnya.
Aku selalu berusaha menutup mata dan memvisualkan seperti apa wajah-wajah mereka dengan seribu ekspresi yang berbeda . Saat angin meniup pelupuk mata ku, aku akan berusaha mengingat bagaimana suara di balik bisikan angin yang mungkin tahu dimana mereka saat ini.
Sesaat setelah angin meninggalkan diriku, air mata setitik perlahan-lahan membentuk air terjun yang deras. Tidak dapat di hentikan, meskipun aku berusaha tersenyum atau tertawa. Air mata ini entah mengapa terus mengalir. Saat angin itu hilang, aku terus berkata,"tunggu! Jangan pergi sekarang! Aku masih ingin mendengar suara mereka dan memandang mata hitam kelam mereka yang terus membantuku melihat bagaimana indahnya hidup ini jika kau mau berusaha menciptakannya"
Apa daya diriku saat ini, angin tidak ingin aku menjadi anak yang terus bergantung padanya. Ia memaksa ku untuk menjadi seorang pribadi yang tegar dan kokoh berdiri di atas kakinya.
Aku berpikir setiap saat , mungkin angin berkata benar, agar aku bisa menjadi pohon maple itu bukan hanya menjadi bagian kecilnya. Menjadi pohon yang kokoh berdiri dan mampu merangkul sejuta daun kecil maple yang akan menunggu takdir dan waktu menjemputnya.
Post a Comment
Do you mind if you write a little to share ^^