Minggu, 21/4/2013
Hari sabtu dan hari minggu menjadi sebuah rutinitas bagiku untuk berkelana seorang diri diluar Tokyo. Bukan untuk bermain atau berusaha mencari inspirasi melainkan untuk datang kesebuah undangan dan kholaqoh. Biasanya hari sabtu aku harus pergi ke yokohama atau masjid okachi machi. Tapi berhubung semua anggota liqo ini sudah masuk universitas--mereka yang notabenenya anak mombusho, meninggalkanku sendiri sehingga diganti menjadi liqo online via Skype setiap hari jum`at malam. Sisanya hari minggu selalu kupergunakan untuk bermain ke K-Town atau hanyak sekedar chilling out di dekat asrama.
Kebetulan hari minggu kemarin aku mendapatkan undangan untuk pergi acara makan-makan. Menurut informasi seperti itu dan sekaligus menyambut anak muslim-muslimah Mombusho. Ceritanya tempatnya disebuah rumah milih pasangan suami-istri indonesia di daerah Fujigaoka Prefektur Kanagawa. Untuk aku yang selalu berkelana di jarak dekatm Fujigaoka terkesan lebih jauh dan rumit untuk naik kereta. Memang untuk ukuran negara seperti jepang, kereta adalah sebuah andalan untuk berpergian jarak jauh. Sebelum melanjutkan cerita panjang ini, ada baiknya untuk mengetahui lebih tentang kereta dan perusahan kereta di jepang.
Jepang memiliki banyak rail dan line kereta yang semua itu dimiliki setiap perusahaan kereta yang berbeda. Paling umum untuk aku yang memang sering main deket-deket tokyo, pasti selalu menggunakan JR Line dan Odakyu Line. Sedangkan untuk pergi ke Fujigaoka harus transit menggunakan Tokyu Den-en-toshi Line atau Chuorinkan yang jurusan ke arah Kanagawa.
Satu hal yang paling penting bagi orang yang hemmm hampir mirip diriku--tidak pandai membaca arah dan peta atau mungkin belum terlalu lanjar berbahasa jepang. Ada baiknya men-download peta kereta untuk daerah yang akan di tuju. Berhubung aku baru naik 3 perusahaan kereta ini, jadi silahkan di unduh di link yang ada di bawah.
Selebihnya mungkin bisa di cek di website Tokyo Rail . Semua line kereta yang ada di Tokyo plus informasi setiap stasiun. Kalau masalah naik kereta dari sini hingga sono bisa di cek di aplikasi yang `terpercaya` sebisa mungkin.
Sebelumnya seperti biasa aku selalu mempersiapkan semuanya dari pagi, seperti makanan,minumam, dan peta kereta. Mungkin kemarin aku merasa terlalu tenang dan tidak waspada, aku berpikir `ah kan di acara makan-makan, mending dateng cepat lebih baik (maksudnya datang lebih cepat supaya tidak menyusahkan tuan rumah dan ini di jepang lagi. You know, time is money). Pemikiran terlalu bodoh dan konyol ini membuatku bangun telat tapi masih bisa berangkat 1,5 jam sebelum acara dimulai. Oh iya bagi orang yang mempunyai masalah dengan peta dan sering nyasar seperti aku, lebih baik untung berangkat setidaknya 3 jam sebelum acara dimulai. Siapa tahu bakal nyasar, hanya jaga-jaga saja.
well, setelah itu aku terburu-buru. Berlari dari asrama menuju stasiun menggunakan sepatu boots dan payung bukanlah ide yang cemerlang. Terlebih angin tuh bukan bertiup tapi menerjang semua yang ada didepannya. Sangat penuh perjuangan dan lagi-lagi aku salah strategi, kemarin aku malah mengenakan rok span. Tentu sulit untuk berlari, Oh iya karena berpikir acara makan-makan aku sama sekali tidak sarapan dan lupa membawa obat. Well, it was not good day at all.
Dengan tidak ada persiapan yang matang pada akhirnya. Aku harus merelakan diriku ini untuk tersesat 3 kali dalam satu kali jalan. Belum ditambah 2 kali setelah hampir dekat stasiun Nagatsuta. Masih bermuka lelah karena semalam ada latihan kouhai nari buat ryuugakusei party, berjalan dengan pasti naik Odakyu line dari chitose funabashi menuju Gotokuji. Mungkin itulah hikmah dari dengan tidak sarapan membuat orak semakin `waras`. Aku terlalu percaya pada satu aplikas pencari kereta berbahasa inggris yang selalu membimbingku menuju jalan yang salah *sigh* T^T~~
Ternyata aku salah besar seharusnya dari chitose funabashi langsung ambil kereta ke arah Noborito. Sebenarnya Gotokuji itu 2 stasiun setalah chitose dan berlawan arah dengan Noborito. Setelah turun kereta, otak yang sedang tumpul berusaha berpikir dan baru sadar ternyata eh ternyata memang salah naik kereta. Padahal itu baru awal perjalanan sudah seperti itu, entah kenapa merasa kalau akan ada yang lebih dari ini. Dan itu benar.
Ini awal mula perjalanan panjangku dari Noborito, aku turun untuk transit menggunakan kereta local yang aku sendiri lupa apa namanya dan terlebih ini kereta local. Tentu saja didalamnya tidak menggunakan panel layar sebagai informasi tapi konduktor yang memberitahu. Asal tahu saja, otakku tidak bisa berpikir entah apa yang dia katakan, kupingku seolah menerima informasi setengah-setengah. Seolah aku tidak mengeri apa yang dia ucapkan, Suara kereta berjalan lebih mengganggu dibandingkan otakku yang lumpuh. Hingga pada akhirnya aku berhenti di Tsukushino Station. Ternyata aku tidak mendengar kalau Fujigaoka sudah terlewat. Tapi sebelum turun di Tsukushino ternyata aku menggunakan kereta jurusan kawasaki jadi harus transit lagi. Dan terus bolak-balik melewati Tsukushino station hingga sekarang aku hafal bentuh statiun merah itu.
Dengan kemampuan otakku yang pas pas-an akhirnya aku tetap mencari peta kereta di setiap statiun. Entah bagaimana Allah memberikan jalan lain bagiku karena dari awal hingga aku sampai, aku sama sekali tidak melihat tulisan Fujigaoka stasiun. Dalam hati aku bertanya sebenarnya Allah sedang memberikan ujian kepadaku atau entah bagaimana aku yang tidak teliti. Padahal aku pelototin satu persatu nama stasiun demi stasiun dari peta.
Tapi dengan perasaan penuh harap dan putus asa, akhirnya aku menggunakan kereta kyuu-ko/ expres yang ke arah chuorinkan. Setelah sampai disana akhirnya aku bertanya kepada seorang petugas kereta bahwa aku telah melewati jauh stasiun Fujigaoka itu. Bisa dibayangkan setelah hampir bolak balil stasiun Tsukushino terus sebelumnya ke kawasaki dan sekerang berada di chuorinka, entah apa yang harus kulakukan selain berusaha dan berikhtiar atau bisa saja aku menangis meraung-raung. Karena itu memang niatku untuk menangis meraung-raung di stasiun. Untung tidak jadi entah kehebohan apa yang akan kuciptakan.
Berpegang teguh pada keyakinan bahwa mungkin Allah mempunyai rencana baik untukku. Akhirnya dari Chuorinkan sebagai Stasiun terujung, aku harus pergi ke Fujigaoka sebagai stasiun tepat ditengah. Aku membutuhkan sekitar 15 menit hingga stasiun Nagatsuta hingga aku tersesat lagi 2 kali nyaris sepertinya atauh entahlah. Setelah itu aku memilih naik kereta local kerena kereta local selalu melewati setiap stasiun tidak seperti kereta rapid atau expres.
Alhamdulillah sekitar 3 jam bergulat dengan kereta dan line, aku berhasil sampai di stasiun Fujigaoka. Masih membutuhkan tenaga dan otak, dengan tubuhku yang sekarang lemah aku harus memaksakan kaki ini berjalan menanjaki bukit untuk sampai dirumah beliau.
Finally, aku sampai terus masih canggung tidak jelas, karena aku harus diam duduk dulu untuk menenangkan tubuhku yang terus bergetar. Itu pertanda aku sudah melewati batas untuk satu hari. Terlalu lelah pada intinya.... aku masih terdiam hingga satu persatu mulai memperkenalkan diri. Dan aku berusaha sebisa mungkin tersenyum dan terus meminta maaf kepada semua dan terutama tuan rumah karena datang terlambat.
Awalnya malu dan canggung. Tapi seolah dadaku berdekup lebih kencang meminta untuk beristirahat lebih lagi tapi tak apalah. Karena setelah itu aku disuguhi makanan rumah yang enah, bercengkrama dan mendapatkan ilmu tentang kehidupan di jepang agar sukses. Pada awalnya aku menyerah untuk datang kemari, ujarku dalam hati. Tapi setelah tahu aku tidak pulang tanpa membawa apa-apa membuatku semakin yakin bahwa Allah maha memiliki Rencana Indah.
Aku mendapatkan lebih dari sekedar enak dan hangatnya makanan, sejuk dan terjaga di dalam rumah, atau uang yang akan membayarkan semua ongkosku hingga 1000\ lebih. Tidak, aku tidak menyesal sama sekali telah datang ke acara kemarin. Teman baru dan pelajaran baru. Seperti yang pernah kudengar bahwa Allah SWT tidak selalu melihat hasil akhir itu keberhasilan pada semua kebaikan yang sedang kita kerjakan. Selalu sediakan tempat yang namanya kegagalan dalam segala hal. Walaupun hanya sedikit ruang itu, kita akan lebih mengerti dan memahami makna dari sebuah kegagalan bukan hanya satu hal tapi banyak. Dan kita terkadang tidak mampu menafsirkan dengan hanya kata-kata belaka, melainkan hati ini yang merasakan. Karena itu hati mulai memahami bahwa proses itu seberapa berat dan sulit hingga akhir ada didepan mata. Kata akhir bukanlah segala akhir tapi permulaan untuk yang baru.
PS : berhubung jam kerja sudah hampir habis, isi acara makan-makan itu ntar aja ya :3 adios~
Post a Comment
Do you mind if you write a little to share ^^