Ketika orang bertanya tentang masa kecil pasti terngiang dibenak kita bahwa masa kecil itu penuh kepolosan dan kebodohan kecil. Penuh canda tawa dan permainan. Bermain bersama teman dan melakukan hal yang sangat aneh. Lalu kita akan mulai mengenang momen-momen bersama keluarga dan teman sepermainan.
Tapi ketika orang mendengar bahwa kita pernah tinggal diluar negeri, ada ekspektasi tinggi tentang kehidupan nyaman dan bangga disana.Mungkin tapi tidak semua. Berpikir bahwa semua yang terjadi disana pasti lebih dari negara kita sendiri, entah fasilitas, tempat tinggal, sekolah, baju, bahasa, kebudayaan dll. Banyak ekspektasi dari mereka tentang semua itu tapi.... pada kenyataannya aku tidak seperti itu. Maksudku tidak semua ekspekstasi mereka itu benar. Kebanyakan jauh dari kenyataan.
Aku memulai kehidupan baruku sebagai seorang anak pindahan disebuah TK bernama Kindergarten (kalau ga salah penulisannya seperti ini). Pertemuan pertamaku tidak begitu menyenangkan seperti kebanyakan cerita anak pindahan apalagi kau termasuk anak turunan asia. (btw apa ada yang salah menjadi keturunan asia? just asking) Mereka menatapku penuh curiga dan minat (entah menjurus minat kearah mana). Sesaat namaku disebut guru, mereka hanya mengangguk. Aku sedikit melihat kearah luar jendela, disana ada ayah dan ibu yang sedang menunggu aku duduk. Masih perkenalan, tidak banyak yang diumumkan selain nama, asal, dan tempat tinggal kurasa.
Aku dipersilahkan duduk, mata mereka masih mengawasi seperti mata elang hendak mencabik-cabik tubus tikus yang bau terbengkalai. Tidak berlebihan tapi memang kenyataan. Untuk pertama aku merasa kagum dengan ruang kelas yang begitu cantik dan penuh warna. Banyak set permainan yang edukatif dan sangat menunjang kegiatan belajar hanya dengan satu ruangan. Ukurannya bisa terbilang besar. Ditengah ruangan ada meja-kursi kecil yang memanjang dan kadang dibuat melingkar. Disisi kanan ruangan ada tempak pojok permainan laki-laki. Dominasi warna penuh dengan warna hitam,biru, dan putih. Aku bisa melihat dengan jelas mobil-mobilan dan setumpuk lego.
Disamping kiri ruangan ada yaaa tempat pojok khusu perempuan. Tempat yang jarang aku bisa bermain dan jangan tanya kenapa. Warna pink, merah, putih dan pink lagi menjadi warna dominasi. Menariknya disana terdapat meja rias dengan full peralatan make-up anak-anak. Berbagai macam brush ada dan percaya atau tidak, aku menemukan alat pengering dan catokan rambut( bentuknya hampir seperti itu). Kuciran dan roll-an rambut. Everything was there!
Kembali kecerita awal tentang garam kehidupanku dimulai. Pertama aku merasa senang bisa sekolah lagi sebelumnya aku sudah pernah dimasukkan semacam TK disebuah alun-alun, sangat jauh dari rumah kakek-nenek. Disini aku berbeda, aku berjuang sendiri dan kembali sendiri.
Dulu aku menjadi anak yang sangat intovert dan pemalu. Aku jarang bergaul bersama teman-teman sekelas. Masalah utamanya adalah bahasa, ayahku saja membutuhkan 3 tahun lebih untuk bisa lancar berbahasa jerman. Sedangkan aku? anak kecil berumur 4-5 tahun yang baru datang dari negara lain. Tentu saja aku belum bisa berbahasa inggris, bagaimana mungkin aku menggunakan bahasa inggris? kehidupan tetap berjalan meski aku merasa tertekan disana. Biarpun begitu aku masih mempunyai diriku sendiri karena sejak kecil aku sangat menyukai menggambar dan berimajinasi.
Harus kuakui TK disana seperti SD di indonesia. Memang tidak pakai seragam dan pelajarannya pun bermain sambil belajar. Menulis dan menghitung baru diajarkan sejak kelas 2 SD. Jadi dari TK hanya dibiasakan sosialisasi bersama teman (paling tidak relevan) dan kreatifitas. Banyak kegiatan didasarkan permainan edukatif sebagai contoh memasak, menggambar scrap book tentang season di jerman, menjahit, membuat lampion sendiri (ada sebuah festival lampion dan setiap selesai festival, anak kecil dikasih kue ginger bread <3 ). Kurang lebih seperti itu, kadang berkunjung ke pasar, toko bunga, kota, atau taman belakang atau banyak tempat bahkan ke gereja (paling aku sesali datang kesana).
Dimulai dari pertama masuk aku telah ditetapkan kelas menjadi anak bawang karena masalah bahasa. Disaat itu teman sekelasku rata-rata anak keturunan eropa ada juga anak keturunan asia timur tengah yang jumlah lebih dari satu dan aku salah satu anak keturunan asia yang disangka dari cina. Karena mataku sipit dan rambut hitam berbentuk helm yang menyebalkan. Jika guru tidak ada, itu menjadi waktu bebas dikelas untuk bermain apa saja yang ada disana. Tapi... aku tidak diperbolehlan bermain, cerita yang klise dari prolog cerita bullying. Mereka mulai menjadikan aku bahan tertawaan selama beberapa waktu.
Terima kasih dengan sangat karena Disney Channel yang selalu Rerun setiap jam. Aku dan kakakku menjadi master bahasa jerman dibandingkan ayah dan ibuku( beliau baru belajar). Aku mulai mengerti sedikit demi sedikit apa yang mereka katakan.
Ada sebuah cerita yang bersangkutan dengan main troublemaker dikelas. Anak kembar yang berambut pirang emas, mata biru, kuping kotor, dan wajah putih kemerahan. Aku tidak akan pernah lupa dengan dua wajah itu apalagi si kakaknya. Cerita awalnya si kakak tuh yang perempuan dan si adik yang laki-laki. Si kakak bisa dikatakan gemong dari sindikat kerusakan sosial dikelas. Ia bisa mengahancurkan hidupmu dan dirimu sendiri.
Berkat si kakak, aku tidak pernah bisa bermain di tempat khusus perempuan. Aku diusir didepan semua orang, untung tidak ada kekerasa tapi itu cukup membuat hati anak kecil remuk tak bersisa. Berkat dia juga, aku tidak pernah bisa bermain bersama teman-teman sekelas. Terkadang disaat dia tidak ada, anak lain baru nyapa. Sekedar menyapa sudah membuatku senang. Berbagai hal memalukan terjadi karena aku selalu sendiri dan aku takut mengatakannya kepada ayah-ibu dan guru-guru. Aku selalu menghabiskan waktu ku dengan kesendirian selalu sendirian. Anehnya aku bisa bergaul dengan kakak kelas atau adik kelas saat kelas bebas di taman belakang.
Tidak ada satupun yang mau bermain denganku. Aku tidak tahu apa yang dikatakan si kakak berkuping kotor itu kepada oranglain. Aku tetap menjauh dari pojok khusus perempuan dan memilih bermain rumah-rumahan di aula depan. Untung saja saat pertengahan tahun, ada sebuah miniatur rumah yang sangat besar dan terdapat sekitar 3 lantai. Rumah-rumahn itu diletakkan persis didepan pintu masuk sekolah yang biasa aku sebut dengan aula depan kerena ukurannya seperti memenuhi satu aula. Disanalah aku bermain dan sendiri.
Rangkaian kejadian bullying yang membuatku semakin introvert malah mengharuskan ayah-ibu selalu datang kesekolah. Entah perbuatan apa lagi yang kuperbuat dan tidak bisa kuperbuat, entah kesalahan bodoh apalagi yang kuperbuat membuat mereka selalu dipanggil dan datang untung meminta maaf. Saat itu aku sudah mengerti perasaan menjadi korban bullying. Padahal itu semua salahku bukan orangtuaku. Aku sangat kesal dan marah setiap kali aku melihat orangtuaku harus meminta maaf entah kepada guru atau kepala sekolah. Aku kesal tapi aku tidak tahu harus bagaimana. AKu larut menjadi orang yang sangat introvert bahkan kepada orangtua ku sendiri.
Rasanya memalukan aku menuliskan semua rangkaian bodoh itu. Tapi ada satu yang sangat membuatku merasa bodoh dan sangat malu. Suatu hari entah mengapa si kakak itu memanggilku untuk bermain di pojok khusus perempuan. Betapa senangnya saat itu, seolah mendapatkan permen berharga mahal atau barbie dengan semua koleksi. Aku diijinkan memenyentuh dan bermain semua alat kecantikan itu. Hingga ia menawarkan aku sebuah sisir berbentuk roll yang keras tapi membuat rambut menjadi halus. Dia bilang rambutku pasti akan bagus kalau disisir pakai itu ( alibi banget dah), tanpa berpikir aneh aku hanya mengiyakan dan menggunakannya. Sampai orang-orang mencoba menyisirkannya karena aku tidak bisa menyisir bagian samping ke belakang, voila~ sikat rambut itu tersangkut dirambutku. Mereka mencoba menarik keatas dan kebawah dan bodohnya aku malah percaya bahwa mereka mencoba menolong. Tentu saja rambutku makin banyak yang kebelit.
Setalah perjuangan menahan sakit akhirnya salah seorang dari mereka memanggil seorang guru, wali kelas kami. Thank godnessss... mereka berhasil membuat rambutku semakin pendek. Tidak jalan lain selain mengguntingnya. Sorenya ayah-ibuku datang dan yaa guru memberitahukan masalah konyol ini, bagiku sangat besar, mudahnya ini bullying. Seperti biasa mereka meminta maaf, kenapa mereka selalu meminta maaf untuk hal seperti ini. Aku menangis mungkin saat itu. Selama perjalan pulang, ayah tidak mengungkit rambutku yang terlihat hemm lebih baik dari bentuk helm. Hingga sekarang aku tidak pernah mempunyai teman baik selama di TK terkutuk itu. Kesendirian membuatku memiliki pandangan yang berbeda tentang dunia ini.
Begitulah kehidupanku selama menjadi anak pindahan. Tidak selalu menarik untuk diingat tapi menyenangkan untuk dipelajari. Setidaknya aku merasa bahwa mungkin ada sebagian orang yang merasakan hal yang sama. Merasakan perasaan tertindas itu sangat menyakitkan.
Jika orang bertanya mengapa kasus bullying itu tidak pernah bisa dihentikan? karena mereka tumbuh dari perasaan ingin membalas apa yang pernah mereka rasakan sebelumnya. Mungkin tidak hitungan bulan tapi tahun, mereka akan berubah menjadi orang-orang yang kasar dan penindas. Sejujurnya aku pernah mengalami fase dimana aku pun menindas meskipun hanya sekali. Sensasi melakakunya sangat berbeda dan membuatku ketagihan. Untung saja tidak terlalu menjadi orang seperti itu karena satu dan lain hal membuatku kembali ke titik awal kehidupanku.
Dalam film, novel dan komik, kasus bullying itu terlihat sangat menakutkan dan hanya di dalam ruang lingkup atas, katakan tingkat SMP atau sekarang mulai dari tingkat SD. Tapi pada realnya banyak yang mengalami dari mereka baru menapakkan kaki ke dunia yang keras, saat masih kecil. Contohnya aku sejak TK. Ada perasaan yang berkecamuk saat menuliskan semua ini. Karena 2 postingan tidak akan cukup menceritakan semua pengalaman itu. Mungkin 4-5 posting-an.
Menurutku masalah bullying itu hanya bisa dihentikan mulai dari tangan kita sendiri. Saat ada orang disekeliling kita sedang ditindas, cukup ulurkan tanganmu dan biarkan mereka datang kepada tangan itu. Bagi mereka yang ditindas (termasuk aku) , itu sudah lebih dari cukup. Karena kesendirian itu sangat menakutkan, lebih menyakitkan dari sekedar dipukul. Sangat menyakitkan. Seolah dunia sangat besar dan waktu berjalan sangat lambat. Menit demi menit seperti dalam neraka dunia.
Aku hanya ingin orang-orang yang membaca posting-an ini dan banyak cerita kasus bullying untuk menyikapinya secara dewasa. Bukan mendukung dan meminta semua orang mendukung acara STOP BULLYING melalu jejaring sosial karena itu hanya membuat mereka para korban merasa semakin tertindas dan malu. Cukup ulurkan tanganmu dan bantulah mereka untuk berdiri dan berjalan lagi bersama orang lain. Karena mereka terbiasa berjalan sendiri dan selalu duduk dalam kesendirian. Mereka seperti pohon yang sedang tumbang dan tidak bisa bangun tanpa bantuan.
Ada saat dimana orang-orang bahagia didalam keramaian tapi ada saat dimana hanya ada satu orang yang takut dengan keramaian. Itulah Bullying sedang dimulai.
Post a Comment
Do you mind if you write a little to share ^^