Intermezo
``.....biasa karena terbiasa...``
Celotehan yang sering aku dengar dari saudari-saudariku setiap aku pulang ke Indonesia, `` lu tuh berubah deh...``setelah mendengar pendapat mereka yang asal, sering aku bertanya apa yang berubah dariku? anyway, perubahan yang mereka rasakan dariku tidak selalu berbetuk positif, ada bagian negatifnya juga ujar mereka. Kadang aku sendiri menyadari ada bagian-bagian dariku yang perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik atau tidak sama sekali. Tapi bukan perubahan yang tidak baik yang ingin kubicarakan disini. Saudariku menyebutnya perubahan yang ambigu. Dan harus kuakui bahwa perubahan ini memang sedikit ambigu tergantung bagaimana orang menilai.
Perubahan yang ambigu itu adalah aku perlahan-lahan menjadi gila kebersihan. Entah kenapa mereka menyebutnya perubahan yang sangat ambigu. Sejujurnya aku sendiri lebih memilih kata positif untuk perubahan ini. Sering sekali saudariku bercanda, ``lebih baik ga usah pulang deh. Rempong banget deh jadinya dirumah`` Terkadang aku bisa sangat rempong kalo mulai membicarakan masalah kebersihan. Apalagi kondisi kebersihan di Indonesia tuh fuuh~ jangan ditanya bagaimana luar biasa kotornya. Tapi dulu aku memang cukup bersahabat dengan mereka dalam arti dibawah rata-rata ;3
Alasan kenapa aku mulai menjadi freak kebersihan karena disini aku mulai terbiasa hidup untuk menjadi lebih bersih. Memang Jepang sangat terkenal dengan kebersihannya. Aku belum pernah melihat negara yang hampir disetiap tempat menyediakan free alcohol di depan pintu masuk, atau sebelum makan dibiasakan membersihkan tangan dengan air atau handuk hangat. Dan masih banyak contoh lainnya. Meskipun aku sendiri tidak yakin kehidupan individual masing-masing orang mempunyai standar kebersihan yang tinggi meskipun orang jepang sekalipun. Mungkin dari poin ini saudariku beranggapan aku mulai berubah tapi sebenarnya tidak.
Kegilaanku mulai muncul malah baru-baru ini saja, sekitar 1 tahun lebih setelah tinggal di jepang. Aku sendiri tidak yakin mengatakan ini tapi perubahan itu dimulai karena aku ingin menjadi lebih kurus dan ramping. Kalau ditanya ada hubungannya apa tidak, aku sendiri tidak yakin ada. Tapi alasan utamaku adalah menjadi kurus dan menghilangkan stress.
Aku yakin setiap orang yang pernah merasakan kehidupan merantau pasti pernah melalui fase-fase kehidupan yang sulit. Kadang diatas, ditengah, dibawah, atau terlalu datar saking flatnya. Masalah hidup merantau di negeri orang tuh kalau dijabarkan mungkin bersifat personal dan bisa ditulis berhalaman-halaman sepertinya. Entah masalah bahasa, keuangan, akademik, nilai, dosen, pekerjaan, ada aja orang yang rese, sosial, komunikasi, makanan, atau bahkan teman sekamar sekalipun. Apapun itu disaat mental jatuh semua masalah atau hanya satu masalah bisa menjadi sangat fatal. Dan tentu saja akibatnya kesetiap orang berbeda-beda. Ada yang lari, tidak mau bergerak sedikitpun, sembunyi, atau yang paling parah mengakhirinya dengan bunuh diri. Masalah bunuh diri di indonesia masih belum biasa terdengar tapi di negara seperti Jepang dan Korea bisa dikatakan hampir-hampir banyak sekali kasus mengenai bunuh diri karena masalah psikologis.
Aku juga termasuk orang yang pernah berpikir seperti itu, memepertimbangkan pilihan terakhir sebagai pilihan paling akhir yang mungkin aku ambil. Tapi, Alhamdulillah, everthing was fine guise~:D
Saat melewati fase dimana aku merasa paling stress dalam hidupku, aku mulai mencari-cari info di internet tentang cara menghilangkan stress. Tentu hampir semua metode aku mulai coba, dari makan makanan tertentu, olahraga, memakai ini dan itu, mencoba ini dan itu tapi belum ada hasil yang memuaskan hingga aku menemukan artikel mengenai chores. Aku tidak begitu ingat tapi di artikel tersebut tertulis bahwa dengan bersih-bersih rumah dan melakukan perkerjaan rumah akan membuat energi positif yang baru. Apalagi jika keadaan tempat tinggal ditata ulang akan membuat pikiran menjadi lebih segar dengan kondisi lingkungan baru yang nyaman dan tambahan manfaat lainnya bisa menurunkan berat badan.
Dari situlah aku mulai membiasakan diriku untuk selalu tetap bersih. Mungkin belum sekeren dan sejago orang-orang yang sudah lebih dulu menjadi freak kebersihan. Setidaknya aku mulai meniatkan diri untuk terbiasa menjaga dan membuat kebersihan itu selalu ada. Paling tidak disekitar aku hidup seperti kamar.
Semenjak itulah setiap aku stress atau ada hal yang kupikirkan aku akan mulai membersihkan kamarku kalau tidak ada yang bisa dibersihkan. Aku mulai menjarah kulkas dan dapur. Hingga aku tidak sadar aku sudah mulai memasak. Yaah masakanku tidak bisa dikategorikan enak dsb tapi setidaknya edible untukku :D.
Dititik manakah saudariku mengatakan perubahan ini ambigu? disaat aku mulai rewel dan terlalu banyak menuntut tentang kebersihan. Semua hal harus terlihat setidaknya rapih dan tidak berdebu. Berhubung entah mengapa debu di indonesia lebih banyak dibandingkan yang ada di jepang. Baru aja dibersihan kemarin, besoknya sudah mulai berdebu lagi. Disisi lain tubuhku tidak sekuat yang dulu, alih-alih beres-beres rumah, aku menyuruh adik-adikku untuk bersih-bersih.Karena itulah mereka mengatakan perubahan yang ambigu, sangat. Hehehe berhubung tubuhku mulai melemah dulu makanya aku selalu meminta tolong (red: meminta tolong secara paksa). Tapi sisi positifnya adalah untuk membiasakan diri melakukan hal baik itu memang susah.
Karena itulah menjadi biasa karena terbiasa~ semua hal positif dilakukan menjadi biasa karena sudah terbiasa dilakukan.
Post a Comment
Do you mind if you write a little to share ^^