"Terkadang yang terlihat itu bukan yang sebenarnya, kadang kala yang tidak terlihatlah yang benar"
Teringat cerita dari peristiwa sebulan ini, aku merasa jauh dari semua yang kini terbayang sebenarnya ada sesuatu yang sudah ada mengikat aku dan orang disekitarku. Betapa lucunya semua hal terlihat jelas ketika aku mencoba mengambil benang merah diantara aku dan mereka. Takdir. Satu kata yang perbincangan panjang entah untuk masalah apa saja. Takdir yang membelenggu kita terlihat misterius yang sangat sulit dimengerti tapi hingga di titik tertentu itu semua terlihat jelas sekali. Ada sesuatu yang membuat kita semua dipertemukan lalu dipisahkan. Ada cerita dan ada makna dibalik semua peristiwa tersebut.
Cukup membuatku tertegun lama mengenang semua hal aneh abstrak dan absurd yang terjadi disekelilingku tapi kini aku tahu bahwa pertemuan itu memberikan makna disetiap perpisahan yang ada. Aku, kau, mereka, kita, dan cerita yang mengikat memori diantaranya. Alasan membuat tulisan ini karena aku tidak mau sampai lupa apa yang makna dari semua kejadian yang aku alami disini. Karena aku yakin sejak kecil semua yang terjadi pasti ada alasannya. Entah itu untukku atau orang disekitarku. Meskipun berat cukup aku katakan pada diriku sendiri everything happens for a reason. Dan alasan itulah yang berusaha aku mengerti bukan mengapa ini yang terjadi padaku. well.. saatnya untuk dewasa bung~
Aku teringat pertama kali aku bertemu dengan salah satu seniorku disini yang mana beliau sudah kembali ke indonesia setelah wisuda kemarin bulan maret. Ada perasaan senang ketika bertemu dengannya saat di bandara , beliaulah yang menjemputku di bandara narita 3 tahun yang lalu. Singkat cerita aku dan beliau sudah mengenal sejak SMP, meski tidak dekat setidaknya kami saling mengetahui keberadaan masing-masing sejak SMP lalu berlanjut di SMA dan kuliah di IPB sekitar 6 bulan dan saat itu aku masih SMA lalu setahun kemudian. Takdir mempertemukan kami di sini, di jepang bahkan kami sempat sekamar. Banyak cerita manis dan pahit yang terjadi diantara kami. Tapi disitulah yang membuatku berpikir bahwa mungkin takdir yang mempertemukan kami lalu memisahkan kami lagi sudah ada sebelum kami berdua menyadarinya. Yang sering kami ucapkan hanya, ternyata dunia itu sempit ya. Tentu sempit jika takdir mempertemukan kembali :D
Sedih ketika aku menyadari bahwa aku dan beliau tidak mampu menjadi sahabat yang dekat. Tapi tidak membuatku tidak suka dengan beliau. Hanya saja kesempatan itu baru aku sadari terlambat. Beberapa bulan setelah keputusannya untuk kembali ke indonesia membuat kami sering pergi keluar bersama meski kami tidak sedekat itu tapi aku merasa sayang kepadanya. Karena itu aku merasa sedih tidak mampu menjadi junior yang dekat dengannya.
Setelah kepulangannya, dua orang junior dari Indonesia menempati kamar kami. Awal terasa canggung manis seperti pada umumnya. Aku merasa aku mempunyai kewajiban menjadi senior yang bisa diandalkan untuk mereka ketika mereka butuh dan menjadi sahabat bagi mereka ketika mereka merasa kesepian . Karena pada dasarnya apa gunanya senioritas didunia ketika semua tidak ditentukan dari umur dan siapa yang pertama hadir. Itu juga yang membuatku berpikir bahwa pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan,mungkin tapi yang sebenarnya terjadi adalah dipertemukan kembali dengan yang baru. Kini diantara kita ada sesuatu yang mengikat kita, takdir indah yang akan mulai kita tuai bersama. well, aku termasuk tidak menyukai sama sekali dengan senioritas yang tidak beralasan. Menghormati memang seharusnya tapi bukan menuntut untuk menjadi yang selalu teratas. Maaf ya jika ada yang tersinggung dengan masalah ini.
Dulu aku pernah berada di posisi tersebut menjadi `korban` dalam hal senioritas. Disatu sisi itu menyadarkan diriku sendiri oleh Allah SWT akan sifatku yang dulu mungkin pernah seperti itu tanpa disengaja dan mungkin juga aku sengaja. Di sisi lain membuatku pertemuan dengan seseorang ini menyadarkanku bahwa meskipun kita berpegang kepada pepatah, dimana bumi berpijak, disitulah langit dijungjung, tidak semua hal itu benar. Karena ketika langit yang kita lihat hanya gambaran gelap tak ada kehidupan lalu untuk apa langit itu terus dipandang. Yang hanya akan membuat diri ini menjadi sakit dan jatuh kedalam kegelapan yang tak berujung. Ambillah yang baik, buang yang buruk. Pertemuan yang tidak kuharapkan dengan seseorang tersebut membawaku menuju dunia yang berbeda, yang lebih baik. perpisahan dengannya mengantarkaku kepada pertemuan baru yang lebih baik lagi
Hingga Voila~ semua itu memang sudah direncanakan oleh Yang Maha Kuasa dengan alasannya tersendir. Pertanyaan yang standar adalah maukah atau sampai sejauh manakah diri ini bertahan untuk mencari alasan tersebut? Semua tergantung kepada hati masing-masing, yang pasti hidup itu terus bergerak maju bukan berjalan mundur. Saatnya bangun dari tempat duduk empuk yang hanya bisa meratapi kesedihan dan kemalangan, bergerak meski kadang kaki tidak tahu harus melangkah kemana. Tapi Hati tahu kemana jalan itu berada. Terkadang yang terlihat itu bukan yang sebenarnya, kadang kala yang tidak terlihatlah yang benar. Keep Going~
Happy New Semester!
Post a Comment
Do you mind if you write a little to share ^^